Bulan Rabiul Awwal kita banyak menyaksikan di belahan dunia Islam,
kaum muslimin memperingati Maulid, kelahiran Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam
dengan cara yang mungkin beraneka ragam. Tetapi tetap pada satu tujuan, yaitu
memperingati kelahiran Kanjeng Nabi mereka dan menunjukkan rasa suka-cita dan bergembira
dengan kelahiran Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam. Tak terkecuali di
negara kita Indonesia, di kota maupun pelosok desa, sebagian masyarakat
begitu antusias mengadakan peringatan tersebut.
Mengenang kelahiran Baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam merupakan bagian dari wujud rasa syukur, gembira, dan cinta. Sejarah telah
mencatat bagaimana perjuangan pengorbanan Beliau demi kita umatnya agar selamat dunia
akhirat, selamat di kehidupan yang abadi, yaitu kehidupan setelah kematian. Di akhir hayat, Beliau
masih selalu memohonkan ampun dan keselamatan umatnya. Dan kelak di Padang Mahsyar, Beliau menebar syafaat
menaungi umatnya.
Gembira dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah suatu
keharusan bagi insan yang mengaku muslim. Allah subhanahu wata’ala berfirman, “Katakanlah, ‘Dengan
karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira.’” (QS. Yunus: 58). Jadi jelas diperintahkan oleh Allah subhanahu wata’ala kepada kita untuk bergembira dengan rahmat-Nya. Sedangkan telah kita ketahui bahwa Baginda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam merupakan rahmat yang terbesar, sebagaimana tersebut dalam
Al-Quran, “Dan tidaklah Kami mengutusmu melainkan sebagai rahmat bagi
semesta alam.” (QS. Al-Anbiya’: 107).
Adapun jika cara bergembira peringatan Maulid mengandung hal-hal yang disertai sesuatu
yang dilarang syara’, seperti bercampurnya laki-laki dan perempuan,
dilakukannya perbuatan-perbuatan yang terlarang, dan banyaknya pemborosan serta
perbuatan-perbuatan lain yang melanggar syariat, jelas tak diragukan lagi bahwa
itu diharamkan. Tetapi keharamannya itu bukan pada peringatan Maulidnya itu
sendiri, melainkan pada hal-hal yang terlarang tersebut.
Wujud bergembira dan mencintai
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah dengan menghidup-hidupkan sunnahnya dalam
menjalani kehidupan ini. Selalu bershalawat, memberikan pujian yang pantas dan
terindah untuk Beliau. Semoga kita termasuk orang-orang yang beruntung karena
memperoleh rahmat Allah subhanahu wata’ala dengan bergembira dan
mencintai baginda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Wallahu a’lam.
0 komentar:
Posting Komentar