Dalam sebuah kelas pelatihan, trainer mengambil selembar
kertas polos kemudian menggunting-guntingnya menjadi beberapa bagian. Ada guntingan besar ada
juga yang kecil. Tapi jumlahnya sengaja dibuat tak sama dengan jumlah peserta
dalam kelas itu.
Kemudian diminta kepada peserta untuk mengambil
masing-masing satu guntingan kertas yang tersedia di meja depan. "Silahkan
ambil satu!" demikian instruksi yang diberikan.
Dapat diduga, ada yang antusias maju dengan gerak cepat dan
mengambil bagiannya, ada yang berjalan santai, ada juga yang meminta bantuan
temannya untuk mengambilkan. Dua tiga orang bahkan terlihat bermalasan untuk
mengambil, mereka berpikir toh semuanya kebagian guntingan kertas tersebut.
Hasilnya?
Empat orang terakhir tak mendapatkan guntingan kertas. Delapan orang pertama ke depan mendapatkan guntingan besar-besar, yang berjalan santai dan yang meminta diambilkan harus rela mendapatkan yang kecil.
Empat orang terakhir tak mendapatkan guntingan kertas. Delapan orang pertama ke depan mendapatkan guntingan besar-besar, yang berjalan santai dan yang meminta diambilkan harus rela mendapatkan yang kecil.
Lalu dikatakana oleh
trainer kepada mereka, "inilah hidup. Anda ambil kesempatan yang tersedia
atau Anda akan kehilangan kesempatan itu. Anda tak melakukannya, akan banyak
orang lain yang melakukannya".
Ini terkadang
yang kita alami. Soal rezeki misalnya, kita percaya ia tak pernah datang
sendiri menghampiri orang-orang yang lelap tertidur meski matahari sudah terik.
"Bangun pagi, rezekinya dipatok ayam tuh!" Orang tua dulu sering
berucap seperti itu. Dan entah kenapa hingga detik ini kita tak pernah bisa
menyanggah ucapan orangtua perihal rezeki itu. kita percaya bahwa orang-orang
yang lebih cepat berupaya meraihnya lah yang memiliki kesempatan untuk
mendapatkan rezeki yang lebih banyak. Sementara mereka yang bersantai-santai
atau bahkan bermalas-malasan, terdapat kemungkinan kehabisan rezeki.
Contoh kecil
lagi, ketika kita datang terlambat dari jam kantor kita yang semestinya.
Perusahaan atau tempat kita kerja tidak hanya akan mengurangi gaji kita akibat
keterlambatan, bahkan kinerja kita dianggap minus dan itu mempengaruhi
penilaian perusahaan terhadap kita. Bisa jadi kita tidak mendapatkan promosi
tahun ini, sementara rekan kita yang tak pernah terlambat lebih berpeluang.
Sekarang kita
kaitkan dengan urusan ibadah. Kita tidak berhak mengatakan bahwa orang yang
lebih tepat waktu akan mendapatkan pahala lebih besar, karena itu hak Allah dan
juga tergantung dengan kualitas ibadahnya itu sendiri. Tapi bukankah setiap
orang tua akan lebih menyukai anaknya yang tanggap dan cepat menghampiri ketika
dipanggil ketimbang anak lainnya yang menunda-nunda? Jika demikian, buatlah
Allah suka kepada kita.
Allah swt. dengan keadilan-Nya memberikan
peluang amal kepada masing-masing hamba-Nya. Baik orang miskin maupun kaya,
masing-masing memiliki kesempatan yang sama untuk melakukan kebajikan dan
mendapatkan ridha Allah. Lebih dari itu, suatu amal tidak dilihat dari
kuantitasnya, tapi dilihat dari motivasi dan niatnya. Kualitas amal seseorang
tergantung kepada motivasi dan niatnya.
Boleh jadi infak seorang buruh sebesar
1000 rupiah, itu sama nilainya dengan infak seorang direktur sejumlah Rp.
1.000.000.000,00. Seorang murid barangkali lebih mulia dengan seorang gurunya,
karena si murid lebih sungguh-sungguh dalam menuntut ilmu. Sementara sang guru
merasa cukup dengan ilmunya.
Menyegerakan amal kebajikan tentu akan
memberi nilai tambah bagi pelakunya sendiri. Menyegerakan berbuat baik berarti
mempercepat dirinya mendapatkan ampunan (maghfirah) dari Allah. Kenapa? Sebab, kita telah berupaya menutup
pintu-pintu kemungkaran dan kebatilan. Dengan demikian pula, Allah akan
membukakan kebahagiaan, yakni, surga. Itu semua hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang bertaqwa. “Dan
bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya
seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.” (Ali Imran:133)
Mengapa kita mesti menyegerakan amal?
Karena asset waktu yang kita miliki
hanyalah saat ini. Apa yang terjadi nanti dan esok hari kita tidak tahu.
Kemarin bukan lagi milik kita, ia telah berlalu dan tidak akan kembali lagi.
Kebaikan dan keburukan yang kita kerjakan kemarin tidak bisa kita ulang lagi.
Ia menjadi kenangan saat ini. Jika kebaikan, bersyukurlah kita, dan jika
keburukan menyesallah bersama orang-orang yang menyesal. Masih beruntung jika kita bersyukur hari ini,
bukan saat di mana penyesalan tidak ada artinya lagi. Esok hari juga belum
menjadi milik kita, ia ada di alam gaib yang hanya Allah swt. yang tahu. Kita
tidak tahu apakah esok hari masih bisa menghirup udara pagi?
Karena amal kita tidak mungkin dikerjakan
orang lain. Masing-masing orang akan datang kepada Allah dengan amal perbuatan
yang dikerjakannya sendiri di dunia. Keshalihan orang tua tidak bisa diandalkan
anaknya. Kita boleh bangga terhadap pemimpin, orang tua, anak, guru, dan suami
atau istri kita karena keshalihan mereka. Tapi Kebanggaan kita tidak bisa
berbicara banyak di hadapan pengadilan Allah swt.
Karena kemuliaan derajat seseorang di sisi
Allah swt. disebabkan oleh kesungguhannya dalam merespon seruan kebajikan dan
mengamalkannya. Orang tua akan senang jika menyuruh anaknya mengerjakan sesuatu
lalu dikerjakan segera. Sebaliknya ia akan marah jika si anak menunda-nunda
mengerjakannya. Demikian pula Allah Ta’ala. Seruan kebajikan dikumandangkan
untuk segera diamalkan.
Karena setiap waktu ada momentnya sendiri.
Setiap waktu ada tuntutan amalnya. Banyak sekali amal perbuatan yang sangat
terkait dengan waktu. Yang ketika waktunya berakhir, berakhir pula kesempatan
untuk mengerjakannya. Seperti shalat, puasa, haji, berkurban, dan lain
sebagainya.
Kesempatan beramal juga diberikan kepada
seseorang pada waktu-waktu tertentu. Orang kaya diberi kesempatan beramal
dengan kekayaannya. Orang berilmu diberi kesempatan beramal dengan ilmunya.
Seorang pimpinan diberi kesempatan beramal dengan kekuasannya. Jangan sampai
Allah swt. mencabut kesempatan itu dan tidak bisa lagi berbuat. Kesehatan,
waktu luang, hidup, masa muda, dan kekayaan adalah kesempatan untuk beramal.
Tidak ada waktu lagi untuk berpikir. Saat
inilah waktumu. Segeralah beramal sesuai dengan tuntutan waktunya. Kejarlah
kebajikan sampai ke liang lahat.Semoga kita termasuk orang kayyis.
Link Video
Mumpung masih ada kesempatan (umur), ada kesehatan dan rizqi...ayo niatkan ke Baitullah.
BalasHapusSegera datang ke teman ato keluarga yang punya travel umroh dan segera ambil formulir pendaftaran...insya Allah akan memberi rizqi yang tak di duga2. Percayalah, ini bukan janjiku tapai janji Allah SWT. Ok?
Nggeh ust, siap laksanakan. pandonganipun
BalasHapus