Blogger news

Pages

Senin, 30 September 2013

Biografi As-Sayyid Muhammad bin ‘Alawi Al-Maliki Al-Hasani



As Sayyid Prof. Dr. Muhammad bin Sayyid ‘Alawy bin Sayyid ‘Abbas bin Sayyid ‘Abdul ‘Aziz al-Maliki al-Hasani al-Makki al-Asy’ari asy-Syadzili lahir di kota suci Makkah pada tahun 1365 H. Pendidikan pertamanya adalah Madrasah Al-Falah, Makkah, yang ayah beliau Sayyid Alawi bin Abbas al-Maliki menjadi guru agama di sekolah tersebut yang juga merangkap sebagai pengajar di halaqah di Haram Makki, dekat Bab As-Salam.

Ayah beliau, Sayyid Alawy bin Abbas Al-Maliki (kelahiran Makkah 1328H), seorang alim ulama terkenal dan ternama di kota Makkah. Di samping aktif dalam berdawah baik di Masjidil Haram atau di kota kota lainnya yang berdekatan dengan kota Makkah seperti Thoif, Jeddah dll., Sayyid Alawy Al-Maliki adalah seorang alim ulama yang pertama kali
memberikan ceramah di radio Saudi setelah salat Jumat dengan judul “Hadist al-Jumah”.

Begitu pula ayah beliau adalah seorang Qadhi yang selalu dipanggil masyarakat Makkah jika ada perayaan pernikahan. Selama menjalankan tugas da’wah, Sayyid Alawy bin Abbas Al-Maliki selalu membawa kedua putranya, Muhammad dan Abbas. Mereka berdua selalu mendampinginya ke mana saja pergi dan berceramah, baik di Makkah atau di luar kota Makkah. Adapun yang meneruskan perjalanan dakwah setelah wafat beliau adalah Sayyid Muhammad bin Alawy Al-Maliki, sementara Sayyid Abbas selalu berurusan dengan kemaslahatan kehidupan ayahnya.

Sebagaimana adat para Sadah dan Asyraf ahli Makkah, Sayyid Alawy Al-Maliki selalu menggunakan pakaian yang berlainan dengan ulama yang berada di sekitarnya. Beliau selalu mengenakan jubbah, serban (imamah), dan burdah atau rida yang biasa digunakan dan dikenakan Asyraf Makkah.

Setelah wafat Sayyid Alawy Al-Maliki, anaknya Sayyid Muhammad tampil sebagai penerus ayahnya. Sebelumnya ia selalu mendapatkan sedikit kesulitan karena merasa belum siap untuk menjadi pengganti ayahnya. Maka langkah pertama yang diambilnya adalah melanjutkan studi dan ta’limnya terlebih dahulu. Beliau berangkat ke Kairo dan Universitas al-Azhar Assyarif merupakan pilihanya. Setelah meraih S1, S2, dan S3 dalam fak Hadith dan Ushuluddin, beliau kembali ke Makkah untuk melanjutkan perjalanan yang telah ditempuh sang ayah. Disamping mengajar di Masjidil Haram di halaqah, beliau diangkat sebagai dosen di Universitas King Abdul Aziz- Jeddah dan Univesitas Ummul Qura Makkah bagian ilmu Hadith dan Ushuluddin. Cukup lama beliau menjalankan tugasnya sebagai dosen di dua Universitas tsb., sampai beliau memutuskan mengundurkan diri dan memilih mengajar di Masjidil Haram sambil menggarap untuk membuka majlis ta’lim dan pondok di rumah beliau.

Adapun pelajaran yang diberikan baik di Masjid Haram atau di rumah beliau tidak berpoin kepada ilmu tertentu seperti di Universitas. Akan tetapi semua pelajaran yang diberikannya bisa diterima semua masyarakat baik awam atau terpelajar, semua bisa menerima dan semua bisa mencicipi apa yang diberikan Sayyid Maliki. Maka dari itu, beliau selalu menitikberatkan untuk membuat rumah yang lebih besar dan bisa menampung lebih dari 500 murid per hari yang biasa dilakukan selepas sholat Maghrib sampai Isya di rumahnya di Hay al-Rashifah. Begitu pula setiap bulan Ramadan dan hari raya, beliau selalu menerima semua tamu dan muridnya dengan tangan terbuka tanpa memilih golongan atau derajat. Semua di sisinya sama tamu-tamu dan murid murid, semua mendapat penghargaan yang sama dan semua mencicipi ilmu bersama-sama.

Dari rumah beliau telah keluar ulama-ulama yang membawa panji Rasulullah ke seluruh pelosok permukaan bumi. Di negara mana saja kita akan dapatkan murid beliau, di India, Pakistan, Afrika, Eropa, dan Amerika. Apa lagi di Asia yang merupakan orbit dakwah Sayyid Muhammad Al-Maliki, di mana ribuan murid beliau bukan hanya menjadi kyai dan ulama, akan tetapi tidak sedikit pula yang masuk ke dalam pemerintahan.

Di samping pengajian dan taklim yang rutin dilakukan setiap hari, beliau pun telah berusaha mendirikan pondok yang jumlah santrinya tidak sedikit. Semua berdatangan dari seluruh penjuru dunia, belajar, makan, dan minum tanpa dipungut biaya sepeser pun. Bahkan beliau memberikan beasiswa kepada para santri sebagai uang saku. Setelah beberapa tahun belajar, para santri dipulangkan ke negara-negara mereka untuk menyiarkan agama Islam.

Sayyid Muhammad Al-Maliki dikenal sebagai guru, pengajar, dan pendidik yang tidak beraliran keras, tidak berlebih-lebihan, dan selalu menerima hiwar dengan hikmah dan mauidhah hasanah sebagai thariqah-nya.

Dalam kehidupannya beliau selalu bersabar dengan orang-orang yang tidak sependapat, baik dengan pemikirannya atau dengan alirannya. Semua yang berlawanan diterima dengan sabar dan usaha menjawab dengan hikmah dan mengklirkan sesuatu masalah dengan kenyataan dan dalil-dalil yang jitu, bukan dengan emosi dan pertikaian yang tidak bermutu dan berkesudahan. Beliau tahu persis bahwa kelemahan Islam terdapat pada pertikaian para ulamanya dan ini memang yang diinginkan musuh Islam. Sampai-sampai beliau menerima dengan rela digeser dari kedudukannya baik di Universitas dan ta’lim beliau di Masjidil Haram. Semua ini beliau terima dengan kesabaran dan keikhlasan, bahkan beliau selalu menghormati orang-orang yang tidak sependapat dan sealiran dengannya, semasih mereka memiliki pandangan khilaf yang bersumber dari al-Quran dan Sunah.

Adapun ulama yang telah mendapat gemblengan dari Sayyid Muhammad bin Alawy Al-Maliki, mereka pintar-pintar dan terpelajar. Di samping menguasai bahasa Arab, mereka menguasai ilmu-ilmu agama yang cukup untuk dijadikan marja’ dan reference di negara-negara mereka. Beliau ingin mengangkat derajat dan martabat Muslimin menjadi manusia yang berperilaku baik dalam muamalatnya kepada Allah dan kepada sesama, terhormat dalam perbuatan, tindakan, serta pikiran dan perasaannya. Beliau adalah orang cerdas dan terpelajar, berani dan jujur, serta adil dan cinta kasih terhadap sesama. Itulah ajaran utama Sayyid Muhammad bin Alawy Al-Maliki.

Karya Tulis

Di samping tugas beliau sebagai da’i, pengajar, pembibing, dosen, penceramah, dan segala bentuk kegiatan yang bermanfaat bagi agama, beliau pula seorang pujangga besar dan penulis unggul. Tidak kurang dari 100 buku yang telah dikarangnya, semuanya beredar di seluruh dunia. Tidak sedikit dari kitab-kitab beliau yang beredar telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, Prancis, Urdu, Indonesia, dll.

Sayyid Muhammad merupakan seorang penulis prolifik. Beliau telah menulis dalam pelbagai topik agama, undang-undang, social serta sejarah, dan kebanyakan bukunya dianggap sebagai rujukan utama dan perintis kepada topik yang dibicarakan dan dicadangkan sebagai buku teks di institusi-institusi Islam di seluruh dunia. Terdapat banyak lagi kitab yang tidak disebutkan dan juga yang belum dicetak. Kita juga tidak menyebutkan berapa banyak karya tulis yang telah dikaji dan diterbitkan untuk pertama kali, dengan ta'liq (catatan kaki) dan komentar dari Sayyid Muhammad. Secara keseluruhannya, sumbangan Sayyid Muhammad amat agung.

Mafahim Yujibu an-Tushahhah (Konsep-konsep yang perlu diluruskan) adalah salah satu kitab karya Sayyid Muhammad yang bersinar layaknya suatu kemilau mutiara. Inilah seorang manusia yang menantang rekan-rekan senegaranya, kaum Salafi-Wahhabi, dan membuktikan kesalahan doktrin-doktrin mereka dengan menggunakan sumber-sumber dalil mereka.

Untuk keberanian intelektualnya ini, Sayyid Muhammad dikucilkan dan dituduh sebagai “seorang yang sesat”. Beliau pun dicekal dari kedudukannya sebagai pengajar di Haram (yaitu di Masjidil Haram, Makkah). Kitab-kitab karya beliau dilarang, bahkan kedudukan beliau sebagai professor di Umm ul-Qura pun dicabut. Beliau ditangkap dan passport-nya ditahan. Namun, dalam menghadapi semua hal tersebut, Sayyid Muhammad sama sekali tidak menunjukkan kepahitan dan keluh-kesah. Beliau tak pernah menggunakan akal dan intelektualitasnya dalam amarah, melainkan menyalurkannya untuk memperkuat orang lain dengan ilmu (pengetahuan) dan tasawwuf.

Akhir Hayat

Pada akhir hayatnya yang berkenaan dengan adanya kejadian teroris di Saudi Arabia, beliau mendapatkan undangan dari ketua umum Masjidil Haram Syeikh sholeh bin Abdurahman Alhushen untuk mengikuti “Hiwar Fikri” di Makkah yang diadakan pada tanggal 5 s.d. 9 Dzul Qa’idah 1424 H dengan judul “Al-ghuluw wal I’tidal Ruya Manhajiyyah Syamilah”, di sana beliau mendapat kehormatan untuk mengeluarkan pendapatnya tentang tatharruf atau yang lebih poluler disebut ajaran yang beraliran fundamentalist atau extremist. Dan dari sana beliau telah meluncurkan sebuah buku yang sangat popular di kalangan masyarakat Saudi yang berjudul “Al-ghuluw Dairah Fil Irhab Wa Ifsad Almujtama”. Dari situ, mulailah pandangan dan pemikiran beliau tentang da’wah selalu mendapat sambutan dan penghargaan masyarakat luas.

Pada tanggal 11/11/1424 H beliau mendapat kesempatan untuk memberikan ceramah di hadapan wakil raja Amir Abdullah bin Abdul Aziz yang isinya beliau selalu menggaris-bawahi akan usaha menyatukan suara ulama dan menjalin persatuan dan kesatuan da’wah.

Beliau wafat pada hari Jum’at tanggal 15 Ramadhan 1425 H dan dimakamkan di pemakaman Al-Ma’la di samping kuburan istri Rasulullah Saw. Sayyidah Khadijah binti Khuwailid r.a. Dan yang menyaksikan penguburan beliau seluruh umat muslimin yang berada di Makkah pada saat itu termasuk para pejabat, ulama, para santri yang datang dari seluruh pelosok negeri, baik dari luar Makkah atau dari luar negeri.

Semuanya menyaksikan hari terakhir beliau sebelum disemayamkan, semua menyaksikan janazah beliau setelah disembahyangkan di Masjidil Haram ba’da sholat Isya yang dihadiri oleh tidak kurang dari sejuta manusia. Begitu pula selama tiga hari tiga malam rumahnya terbuka bagi ribuan orang yang ingin mengucapkan belasungkawa dan melakukan `Aza’. Dan di hari terakhir `Aza, wakil Raja Saudi, Amir Abdullah bin Abdul Aziz dan Amir Sultan datang ke rumah beliau untuk memberikan sambutan belasungkawa dan mengucapkan selamat tinggal kepada pemimpin agama yang tidak bisa dilupakan umat itu.

Semoga kita bisa meneladani beliau. Amien.

[]
Diambil dari www.madinatulilmi.com dengan beberapa penyesuaian.

0 komentar:

Posting Komentar