Pada riwayat
Abu Daud diceritakan bahwa rasulullah bersabda yang artinya bahwa umatnya nanti
diakhir jaman akan menjadi rebutan, seperti makanan yang banyak diperebutkan
orang-orang. Ketika ditanya pada rasulullah saw apakah pada waktu itu umat
Islam sedikit ?. rasulullah menjawab,”Tidak, justru pada waktu itu kalian
banyak, namun Allah telah mencabut dari dada kalian haibah (kehebatan jiwa) kalian dihadapan musuh-musuh kalian
sehingga nampak lemah,dan Allah menancapkan penyakit wahn pada kalian”. Ditanyakan pada rasulullah saw,”Ya rasulullah,
apa wahn itu?”, rasulullah saw
menjawab,”Yaitu hubbun dunya (cinta
dunia) dan takut mati”.
Dalam
realitasnya apa yang diungkap tersebut sudah terjadi pada saat sekarang. Lihat
saja dari mulai panggung politik sampai iklan-iklan di televisi semuanya
menjadikan umat Islam sebagai obyek saja. Dan parahnya, umat Islam justru
menikmati jikalau mereka sebagai obyek. Sehingga memperlemah posisi umat Islam
sebagai umat yang memiliki segala kemuliaan, baik kemuliaan disisi Allah atau
kemuliaan dihadapan umat lain. Kelemahan umat Islam inilah yang menjadikan
semakin sombong dan kuatnya musuh-musuh umat Islam.
Umat Islam
sekarang sudah tidak memiliki “kekuatan” yang bisa mengangkat martabatnya
sebagai manusia yang mulia dihadapan Allah. Karena umat Islam lebih banyak
mengandalkan “kekuatan lain” yang justru memperlemah mereka dan memunculkan
penyakit wahn (cinta dunia dan takut
mati).
Kalau kita
melihat realitas kehidupan ini, maka ada kekuatan-kekuatan yang mendorong
manusia untuk beraktifitas.Yang pertama,adalah
kekuatan materi, yaitu sebuah
kekuatan yang mendorong manusia untuk beraktifitas demi memperoleh materi yang
diinginkannya. Manusia yang bekerja
keras hanya untuk selalu mengumpulkan uang dan manusia yang berpolitik untuk
menumpuk kekayaan pribadi,atau bahkan membunuh saudaranya sendiri demi
merebutkan harta warisan, itu semua didorong oleh kekuatan materi yang yang
mendominasinya.Demikian juga kita melihat demi materi, dalam politik kekuasaan,
seseorang bisa lebih kejam dari pembunuh. Dan demi materi pula,seorang wanita
siap bertelanjang tubuh dalam film-film,iklan atau fashion show. Masya Allah,
betapa hebatnya kekuatan ini.
Yang kedua,adalah kekuatan ma’nawiyyah (pemaknaan-pemaknaan), yaitu kekuatan yang
mendorong manusia untuk beraktifitas demi mendapatkan pemaknaan-pemaknaan/pengakuan
dari orang lain. Seperti pujian, penghargaan dan sebagainya.Sebagai contoh pada
era 80’an, di Jatim ada Gerak Jalan Mojokerto-Surabaya, para peserta pada acara
tersebut diawal (start) sangat bersemangat, namun ketika ditengah-tengah
perjalanan mereka loyo dan lemas, berjalan terseok-seok, dan ketika menjelang
finish (sekitar jalan Sepanjang,menjelang Surabaya) mereka kuat, kembali
bersemangat dengan memperbagus jalannya.Fenomena ini disebabkan oleh pengaruh
kekuatan ma’nawiyyah, mereka kuat jalan dan bersemangat lagi karena
menginginkan pujian dari penonton disekitarnya yang bersorak-sorak pada mereka.
Demikian pula,
tentara-tentara yang berperang kadang terlihat begitu kuat dan bersemangat
karena didorong oleh keinginan untuk mendapatkan pujian atau penghargaan.
Seorang karyawan swasta begitu semangat bekerja karena ingin mendapat pujian
dari atasannya. Inilah yang dimaksud dengan dominasi kekuatan ma’nawiyyah pada
manusia.
Dan kekuatan ketiga, adalah kekuatan ruhani, yaitu kekuatan yang
muncul atas dasar kecintaan pada Allah swt dan keyakinan bahwa Allah-lah yang
menciptkan dan mengatur alam semesta ini, termasuk hidup dan matinya makhluk di
alam semesta ini.Kekuatan inilah yang mendorong manusia untuk melakukan apa
saja meskipun jiwa taruhannya. Bagi manusia dengan kekuatan ini,hidup terasa
tenang dan tentram, karena kecintaan dan keridloan Allah adalah diatas
segala-galanya. Dengan kekuatan ini yang penakut menjadi pemberani, yang lemah
bisa kuat dan yang kuat semakin kuat. Lihatlah pasukan Badar yang jumlahnya
sangat kecil dalam melawan pasukan Quraisy yang jumlahnya tiga kali lipatnya.
Namun karena pasukan Badar terdorong oleh kekuatan ruhani bukan kekuatan materi
atau ma’nawiyyah, maka bisa menghancurkan lawan yang begitu hebat.Dan kekuatan
ini lebih abadi dari pada kekuatan materi dan maknawiyah.Karena Alloh adalah
zat yang abadi sedang selainNya akan datang waktu kehancurannya.Semangat dari
kekuatan ruhani inilah yang menumbuhkan haibah
pada jiwa sahabat.
Itulah tiga
kekuatan yang mampu mempengaruhi perilaku manusia. Dan kalau dikaitkan dengan
hadis diatas, maka dasar dari kekuatan materi dan ma’nawiyyah adalah hubbun dunya (cinta dunia) dan takut
mati, karena kecintaan pada dunialah yang melahirkan kekuatan materi dan
ma’nawiyyah. Karena cinta dunia, manusia diperbudak oleh materi dan kekuasaan
serta kegilaan akan pujian. Itulah yang membuat umat manusia lemah, karena
ketika manusia sudah tenggelam pada dua kekuatan yang dilahirkan dari rahim
cinta dunia dan takut mati tersebut, maka pastilah akan mengorbankan harga agama dan dirinya. Lihatlah pada
pelaku-pelaku zina, demi sesuap nasi mereka rela membuka auratnya.Lihatlah pada
para politisi, demi uang mereka mengorbankan agamanya dan rela menjual
imannya.Na’udzubillah!.
Berbeda dengan
kekuatan ruhani, ia dilahirkan dari keyakinan (iman) akan Allah yang Maha
Mengatur dan Mencipta. Kekuatan iman pada Allah ini yang membuat manusia tidak
menyembah dunia atau menjadi hamba dunia. Karena baginya, dunia hanyalah
sesuatu yang diciptakan Allah pada manusia sebagai alat uji apakah manusia ini
beriman pada Allah atau lalai padaNya. Bagi manusia yang beruhani, dunia hanya
sementara yang tidak abadi, sehingga tidak pantas untuk dijadikan sandaran.
Namun,
membenci dunia bukan pula perintah islam. Karena ada perbedaan antara hubbun dunya(cinta dunia) dengan tholabul halal(mencari yang halal),
karena siapapun yang hubbun dunya,pasti
akan mengorbankan harga agama dan harga diri manusia, sedang manusia yang tholabul halal ,akan selalu menjunjung
harga agama dan dirinya. Jadi, kalau ada seorang ayah yang bekerja keras
mencari uang agar bisa memberi nafkah keluarganya dengan cara-cara yang halal,
maka itu tholabul halal. Sedang jika
seseorang bekerja keras, mencari nafkah untuk keluarga dengan cara korupsi atau
cara-cara yang melanggar agama lainnya, inilah yang yang rasulullah saw sebut
sebagai penyakit “wahn”, hubbun dunya dan takut mati.
Maka, dalam
kekuatan ruhani akan selalu bisa mendorong pada umat Islam untuk selalu bekerja
keras dan berharap ridlo Allah.Untuk itulah agar umat islam bisa disegani oleh
musuh-musuhnya harus dibangun pada diri mereka kekuatan ruhani.Dan itu bisa
dimulai dari sekarang dan dari pribadi kita dengan melakukan hal-hal sebagai
berikut:
a.Memperkuat
akidah dengan selalu merenungi ayat-ayat, baik yang qouliyyah (teks suci) maupun yang kauniyyah (alam semesta). Karena “haibah” yang dimiliki para sahabat bermula dari kekuatan akidah.
Lihatlah Bilal bin Rabah, kehebatan (haibah) jiwanya yang bersumber dari
kekuatan akidahnya mampu mengatasi segala sakit akibat penyiksaan kaum kafir
Quraisy. Demikian pula dengan Hubaib bin ‘Ady, yang lebih senang dieksekusi
kaum kafir Quraisy daripada harus mencaci maki kekasihnya, Rasulullah saw.
b.Mensucikan
jiwa, dengan jalan sholat malam dan dzikir yang istiqomah pada Allah swt. Lewat
sholat malam inilah manusia bisa berkomunikasi secara tenang, berdzikir dan
beristighfar padaNya. Karena Allah selalu turun kelangit dunia setiap malamnya
hingga sampai sepertiga malam yang terakhir, maka siapapun yang sholat malam
kemudian berdzikir, berdo’a dan beristighfar, Allah pasti mendengarnya.Dan
ketenangan malam adalah gambaran dari ketenangan Pemilik Malam (Shohibul Lail), dan ketenangan inilah
yang akan menumbuhkan kekuatan ruhani.
c. Mendalami
dan mempelajari ajaran-ajaran Islam,lebih-lebih Al Qur’an dan Al Hadist.
Wallahu A’lam
Ya Allah, jadikan kami termasuk Al Kayyis
good blog bro... =p~
BalasHapusMuji semakin religius....[-(
BalasHapusokey doanya agar istiqomah..... :)
BalasHapus